Kamis, 21 Juli 2011

Kado Kecil Nan Indah Untuk Mama


Oleh Media Islam Online

 


“Dan Kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada kedua orang ibu-bapaknya; ibunya telah mengandungnya lemah yang bertambah-tambah, dan menyapihnya dalam dua tahun. Bersyukurlah kepada-Ku dan kepada kedua orang ibu-bapakmu, hanya kepada-Kulah engakau kembali”. (TQS. Luqman: 14)

Sungguh berbahagialah orang tua yang memiliki anak yang paham tentang bagaimana bersikap baik terhadap orang tua. Juga berbahagialah anak yang memahami bagaimana bersikap semestinya kepada orang tua, karena kesempatan membahagiakan orang tua sesungguhnya adalah sebuah kebahagiaan pula.

Ku meniti bait-bait nan mempesona kupersembahkan hanya untuk mama..takkan ada yg bisa membalas air susu yang telah mama berikan pada anakmu ini, takkan mampu anakmu ini membalas rasa letih mama saat berpayah-payah selama 9 bulanmembawaku dalam kandungan mama dan ketika ku lahir mama dengan segenap jiwa merawat, menjaga serta mendidikku. Ma..mama adalah orang yang sangat sabar, kuat, dan hebat. Meski saat ini sahabat sejati mama telah pergi lebih dulu menghadap Rabb kita, mama bisa tetap tegak berdiri dengan kuat menjadi papa dan mama untuk anak-anakmu.

Sebagai sebuah cermin yang saat ini aku berkaca dari kisah yang membuatku semakin takkan bisa membalas segala curahan kasih, perhatian dan cintamu pada anak-anakmu. Ini sebuah kado kecil nan indah untuk mama.
Kawan…mari menyelami kisah singkat ini dan reguklah ibroh yang terkandung didalamnya sebagai pembelajaran bagi kita untuk lebih memahami, mengerti, menjaga, menafkahi, merawat, dan menyayangi ibu. Sosok wanita yang sangat luar biasa.

“Semuanya Demi Untukku”
Ibuku hanya memiliki sebelah mata, aku sungguh membencinya, karena dia tampak sangat memalukan. Dia memasak untuk siswa-siswa dan guru-guru disekolahku demi menopang hidup keluarga kami. Pada suatu hari, disaat aku duduk di Sekolah Dasar, ibuku datang untuk menyapa dan mengucapkan salam kepadaku. Aku sangat malu saat itu. Pikirku, “Bagaimana mungkin dia dapat melakukan hal itu padaku!”. Aku abaikan dia, aku lemparkan pandangan yang penuh kebencian kepadanya dan pergi dari hadapannya.
Suatu hari di sekolah, salah satu dari teman sekelasku mencemoohku. Saat itu aku ingin mengubur saja diriku, dan aku juga mengharapkan agar ibuku cepat tiada. Hari itu aku kesal dan memarahi ibuku dengan berkata, “Jika ibu hanya akan membuatku jadi bahan tertawaan, mengapa ibu tidak mati saja?!!!”

Ibuku saat itu tidak berkata apapun. Beliau hanya menatapku dalam. Saat itu tidak terbetik sedikitpun dalam pikiranku tentang apa yang aku katakana kepada beliau, karena saat itu diriku dipenuhi luapan kemarahan. Aku tak pernah memikirkan perasaanya, aku acuh apakah hal itu akan melukai hatinya. Yang aku inginkan adalah segera pergi meninggalkannya. Oleh karenanya aku belajar dengan sangat giat, sehingga mendapatkan beasiswa untuk belajar diluar negeri. Kemudian, aku menikah disana, membeli rumah sendiri, memiliki anak-anak. Aku sangat bahagia dengan kehidupanku. Tak pikir lagi bagaimana dengan ibuku.

 Lalu suatu hari, ibuku datang untuk mengunjungiku, beliau sudah begitu lama tidak bertemu denganku, bahkan beliau belum pernah melihat cucu-cucunya! Ketika beliau sudah berdiri di depan pintu rumahku, anak-anakku merasa takut kepadanya. Tanpa rasa kasihan, akupun meneriakinya,“Berani sekali kamu datang ke rumahku dan membuat takut anak-anakku!”. “PERGI DARI SINI !SEKARANG !!!”

Menerima hal itu, ibuku dengan pelan menjawab, “Oh, sungguh maafkan saya. Saya mungkin telah salah alamat”. Jelas tampak kesedihan dimatanya, kemudian dia hilang dari pandanganku. Suatu hari, datanglah surat undangan reuni dari sekolah di kampung halamanku. Aku berangkat ke sana dengan berbohong kepada isteriku bahwa aku ada perjalanan bisnis ke sana.
Setelah acara reuni selesai, aku pergi ke rumah tuaku yang sudah reot, hanya untuk menghilangkan rasa penasaran. Tetanggaku mengatakan bahwa beliau telah meninggal. Tak ada satu tetespun airmata yang mengalir dari mataku. Mereka menyerahkan sepucuk surat kepadaku. Surat yang ibuku tuliskan kepadaku.

Putraku tercinta, ibu selalu memikirkanmu setiap waktu. Ibu meminta maaf telah datang ke rumahmu dulu dan membuat takut anak-anakmu. Ibu sangat bahagia saat mendengar engkau akan datang di saat reuni sekolah. Namun, ibu mungkin tidak dapat menyambutmu, karena untuk bangun dari tempat tidur saja ibu sudah tidak sanggup. Ibu minta maaf jika ibu telah membuat dirimu selalu malu dengan kondisi mata ibu. Ibu ingin engkau tahu…saat engkau masih kecil, engkau mengalami sebuah kecelakaan yang membuat engkau kehilangan sebelah matamu. Sebagai seorang ibu, tak kuat hati ibu untuk melihat dirimu tumbuh hanya dengan sebelah mata. Maka…ibu berikan milik ibu…ibu sangat bangga kepadamu anakku, yang telah melihat seluruh dunia baru untuk ibu…menggantikan ibu…dengan mata itu.
……Dengan seluruh cinta…..Ibumu….”

Tanpa kusadari akhirnya mengalir deraslah airmata dipipiku. Membuncah dan serasa pecahlah dadaku, tergambar semua tetes peluhnya, gerak langkahny, bahasa tubuhnya, kata-katanya semuanya selalu dibalut dengan kesabarn dan kasih sayang tanpa mengharapkan balas. Sedang aku membalasnya dengan semua kekasaran dan perbuatan serta perkataan yang menyakiti hatinya.
Ibu…ampuni anakmu…seluruh hidupku…tak mampu bersyukur kepadamu…bahkan selalu menyusahkan dan menyakiti hatimu. Jika ada amalanku yang ikhlas karena Allah, maka semuanya kuhadiahkan kepadamu. Meski itu semua pastilah takkan mampu membalas kebaikanmu kepadaku. Cintamu…kasih sayangmu, seluruh hidupmu, semuanya hanya untukku”.

Allahu akbar…saat ini, ketika kita telah membaca kisah ini, maka ada pertanyaan yang mungkin mendera hati kita. “Ibu selama aku menjadi anakmu,, apakah aku sudah membahagiakanmu???”
Mama.. mungkin takkan ada yang sebanding yang bisa kuberikan untuk membalas cintamu padaku. Doa yang selalu tercurah untuk mama dan juga papa yang telah lebih dulu mengahadapNya. Perjuangan ini telah banyak mengajarkanku dan mengingatkanku akan kewajibanku sebagai seorang anak. Izinkan ku bersimpuh dihadapanmu sambil memegang lembut tangan mama sambil mengatakan “aku sangat menyayangi mama karenaNya”.

Ibnu Abbas ra. Ditanya tentang Ashabul-A’raf. Ia menjawab, “Adapun A’raf, Ia adalah sebuah gunung di antara surga dan neraka. Dikatakan A’raf karena ia lebih tinggi daripada surge dan neraka. Di sana terdapat pepohonan, buah-buahan, sungai dan mata air. Adapun orang-orang yang menempatinya, mereka yang dulunya pergi berjihad tanpa ijin dari ayah dan ibu mereka. Kemudian mereka terbunuh dalam jihad itu dan kesertaanya dalam perang itu menghalanginya dari siksa neraka. Sedangkan kedurhakaan kepada orangtua menghalanginya untuk masuk surga. Maka mereka bertempat di A’raf tersebut hingga Allah memutuskan urusan mereka.”
“Barangsiapa yang durhaka kepada kedua orangtuanya, niscaya anaknya akan durhaka kepadanya” (Al Hakim)
Wallau’alam bishawab
[21 Juli 2011, teruntuk mama yang teristimewa]
Rindy

Tidak ada komentar:

Posting Komentar